Berbagi Senja

by - Mei 14, 2012

Sumber gambar : google

"Tidak hanya pagi senja juga membawa kisahnya sendiri" - Liiza Diani #sokpuitis haha

Waktu menunjukkan pukul 15.00 ketika saya dan para asisten Farmakognosi selesai melakukan evaluasi. Yeah it's sharing time !

Jauh-jauh hari guru saya menginformasikan bahwa setelah pulang sekolah nanti beliau ingin mengadakan sharing buku. Sebenarnya tidak hanya buku saja sih yang bisa disharing, pengalaman, cita-cita, harapan atau makanan juga boleh hehe *apalagi yang satu ini*

Beliau pernah bilang bagi manusia berbagi itu merupakan suatu kebutuhan lho ! Apalagi bagi kaum wanita rasanya berbagi itu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka. Mereka tidak sungkan-sungkan berbagi mengenai pengalaman, perasaan, waktu bahkan apa saja.

Hari ini beliau membawakan sebuah buku yang dikarang oleh Pak Palgunadi yang ditemuinya beberapa pekan sebelum membeli buku tersebut. Buku yang dibalut cover putih susu itu berjudul Daun Berserakan. Meskipun hampir 7 tahun usia buku itu namun masih terlihat bagus dan apik. Buku tersebut dibelinya ketika beliau pertama kali menginjakkan kaki di Bandung untuk menimba ilmu. Sebuah buku yang sarat akan hikmah di dalamnya yang bisa menjadi bahan renungan untuk kita.

Dalam bukunya Pak Palgunadi yang bersahaja menceritakan kisah hidupnya dan perjuangan panjangnya dalam meraih kesuksesan. Meski beliau orang tak berpunya tetapi beliau memiliki mimpi untuk membawa angin segar perubahan. Suatu hari beliau melihat mesin yang mengangkut bahan-bahan berat dan berpikir suatu saat saya ingin memperbaikinya. Berbekal keinginan dan tekad yang kuat untuk memperbaiki mesin tersebut beliau berangkat untuk kuliah di sebuah kampus terkemuka di Bandung. Ketika pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi tersebut beliau bertanya pada panitia yang mengurusi registrasi peserta ujian. "Pak kalau mau memperbaiki mesin yang mengangkut alat berat itu kira-kira saya harus ambil jurusan apa ya?" tanyanya polos. "Oh kalau itu ya ambil jurusan mesin aja dik" jawab panitia. Singkat cerita Pak Palgunadi ini berhasil menaklukan ribuan atau bahkan puluhan ribu peserta ujian memperebutkan kursi untuk kuliah di perguruan tinggi dan jurusan yang diminatinya. Teknik Mesin ITB. Disana beliau bersungguh-sungguh belajar hingga akhirnya menyelesaikan kuliahnya. Kini beliau menjabat sebagai Komisaris PT. Astra. Subhanallah.

Tidak banyak orang yang tahu betapa banyak orang besar lahir dari kesulitan yang menghimpit hidupnya namun mereka tidak menyerah pada nasib, berdamai dengan keadaan bahkan menerimanya sebagai garis takdir yang tidak bisa diubah tetapi mereka bangkit dari keterpurukan, bergerak, berjuang melawan kesulitan, kepayahan, kepedihan dengan semangat yang berkobar, segunung tekad dan sebongkah optimis dan doa yang akhirnya mengantarkan mereka kepada kesuksesan. Sesuatu akan terasa manis jika sebelumnya mengecap rasa pahit. Itulah nikmatnya berjuang. Bukankah bersama kesulitan ada kemudahan? Itulah janji-Nya bagi hamba-Nya yang berusaha. Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Ar-Ra'd : 11). Sukses atau gagal adalah pilihan. Sedikit mengutip dari guru Matematika saya hehe "Semua perkara (keberhasilan) di dunia ini memiliki tiga hal yaitu diri, usaha dan Allah. Kita berusaha lalu mohonlah kemudahan pada-Nya dan akhirnya semuanya ada di tangan Allah". Ingat Allah itu lebih menilai proses yang kita lakukan dibandingkan hasil. Jadi usahakanlah yang terbaik di setiap prosenya niscaya Allah juga akan memberikan hasil yang terbaik.

Hidup itu ibarat tongkat. Jika kita menginjak satu sisinya sisi yang lain akan terangkat. Jika sukses yang kita pilih tentu kita harus berupaya bagaimana caranya sukses tersebut bisa kita raih begitu juga sebaliknya. Menurut Pak Palgunadi kebahagiaan dan keberhasilan itu seperti seperti segitiga sama sisi. Semuanya harus seimbang. Antara khusnudhan, sabar dan syukur. Hendaknya kita mengisi hidup kita dengan senantiasa khusnudhan, sabar serta syukur agar hidup kita bahagia dan damai.

Usai bercerita tentang Pak Palgunadi beliau lebih banyak bercerita tentang pengalamannya. Tiap episode kehidupan yang kita lalui banyak sekali hikmah yang bertebaran. Masalahnya kita mau mengambilnya atau tidak? Terserah kita.

Alkisah suatu hari ada 2 orang yang hendak bepergian ke tempat yang sama. Orang pertama memacu kendaraannya dengan kencang agar cepat sampai tujuan. Sedangkan orang kedua memilih untuk santai saja dan menikmati perjalanannya. Sesampainya di tempat tujuan orang pertama merasa lelah sekali setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Lalu orang kedua bertanya pada orang pertama "Apakah kamu kelelahan karena menunggu saya terlalu lama?" "Hmm tidak, aku kelelahan karena aku terlalu fokus dengan tujuan dan mengabaikan hal-hal menarik sepanjang perjalanan", jawabnya.

Kita di dunia ini sama halnya dengan kisah dua orang di atas. Setiap kita memiliki tujuan. Ya tujuan akhir. Ada banyak sekali hal-hal menarik yang akan kita temui sepanjang perjalanan kita. Rasanya sayang sekali jika kita melewatkan begitu saja. Oleh karena itu tulislah setiap perjalanan kita sehingga ketika kita membacanya kembali ada kenangan yang tidak hanya membawa kita pada masa silam tapi juga bisa ditafakkuri dan diambil sebagai pelajaran untuk melangkah ke depan dengan lebih baik.

Dan di akhir beliau berkata : "Hiduplah kalian seperti filosofi bambu ketika angin bertiup bambu senantiasa mengikuti arahnya dengan begitu bambu tersebut dapat bertahan". Ikuti alurnya, nikmati dan temukan banyak hikmah di dalamnya.

Pagi telah menunaikan tugasnya dan kini senja datang untuk mengambil alih. Di tiap detik yang berlalu, tiap hembusan nafas yang mengalir dan pergantian pagi dan petang pasti banyak ibrah yang dapat diambil. Buka mata, buka telinga, buka hati kalian akan menemukan tanda-tanda kebesaran-Nya.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal" (Ali-Imran : 190)

You May Also Like

2 komentar

  1. yaaaahhh aku ingat hmmm... kapan ya senja itu akan datang lagi? rasanya saya sudah cukup rindu dengan aktivitas itu,ayo kita adakan lagi ! :D

    BalasHapus
  2. Ayo kita adakan lagi dengan atau tanpa beliau sekalipun !

    BalasHapus

Kasih komentar dong biar nggak terlalu sepi hehe