Menyemai Harapan Baru
by
Memoar Liiza
- Januari 01, 2017
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Judulnya
kok terasa gimana ya? Agak lebay gitu tapi ya sudahlah. Mumpung masih hawa-hawa
tahun baru saya pengen nulis nih hehe. Mudah-mudahan di tahun yang baru ini
resolusi ngeblog one day one post bisa terlaksana aamiin. Bosen nih lama-lama
jadi manusia yang penuh wacana hehehe. Jujur saya sama sekali nggak ngerayain
tahun baru. Dan biasa aja sih nyambut tahun baru hehe. Nggak terlalu excited.
Meskipun nggak ikut ngerayain tapi kalau harapan baru dan resolusi dalam
menyambut tahun baru ya harus punya dong. Bingung juga sih apanya yang harus
dirayakan? Perayaan itu kan normalnya diadain pas seseorang berhasil meraih
sesuatu atau meraih kemenangan misalnya. Kalau kita belum meraih sesuatu atau
pencapaian tertentu jadi apa dong yang harus dirayakan?
Di
hari pertama tahun baru ini saya full kegiatan dari pagi sampe maghrib. Pagi
seperti biasa ikut kajian pekanan rutin dan siang-sore saya ada kelas
asistensi. Niatnya sih ba’da maghrib mau ngumpul sama temen-temen SMK di
Angkringan si Meong. Sayangnya rencana hari ini batal soalnya banyak yang
berhalangan hadir dan kebetulan Angkringannya tutup. Yaaah padahal saya udah
rindu banget sama Jahe Ori Hangat yang tidak hanya menghangatkan badan tapi juga
mampu menghangatkan suasana #apasih. Ah ya satu lagi saya juga kangen dengan
kesegaran Es Mbingungi yang bikin tenggorokan adeeeemm. Btw nama menu di
Angkringan si Meong ini lucu-lucu lho. Salah satunya ya Es Mbingungi ini hehe.
Dari namanya aja udah bikin orang bingung kan? Sayangnya saya nggak ada
fotonya. Nanti deh kalau udah ke Angkringan Insya Allah saya foto menu favorit
saya J
Tahun
2016 bagi saya tahun yang cukup berkesan. Banyaaaak banget pelajaran hidup yang
bisa saya ambil. Salah satunya tentang harapan. Harapan sekecil apa pun harus
tetap hidup. Mimpi setinggi apa pun harus tetap dibela. Siapa tahu harapan kita
akan terwujud menjadi nyata. Ada beberapa peristiwa di tahun 2016 yang begitu
membekas di hati saya.
1. HP saya hilang padahal baru 4 bulan beli HP baru
Sewaktu HP saya
hilang awalnya saya nggak percaya. Sempet denial-denial gitu deh. Oke tenang
mungkin cuma keselip di tas. Dosa mana ya yang saya lakukan sampe Allah negur
saya? Dan entah kenapa pasca HP hilang barang-barang saya yang lain jadi
ikut-ikutan hilang. Mulai dari kartu anggota perpus, flashdisk temen, buku yang
baru dibeli dll. Saya sendiri heran ini saya yang teledor atau gimana sih?
Beberapa di antaranya sih Alhamdulillah ketemu lagi. Tapi untuk HP sayangnya
belum L.
Mungkin Allah hendak memberikan saya ganti dengan yang lebih baik lagi sehingga
Allah menghendaki saya untuk bersabar J.
Mungkin ini hanya ‘bungkus permen’ yang dibaliknya Allah sudah menyiapkan
rezeki yang berlimpah.
2. Prasangka merusak takdir
Dari sekian
banyak semester yang sudah saya jalani #tsaaah kayaknya semester ini yang
paling banyak bolong absennya *peace. Selain karena memang ada keperluan
seringnya saya bolos kelas gara-gara nggak nyaman sama suasana kelas. Oke yang
ini jangan ditiru ya. Trus kalau bolos saya kemana? Seringnya sih nongkrong di
perpus buat baca atau ke UPInet hehe. Ujung-ujungnya sih nyesel sendiri ngerasa
bersalah sama orang tua yang udah susah payah nguliahin. Daan yang paling
penting sih kehilangan kesempatan mendapatkan ilmu yang berharga dari dosen.
3. Saking kesepian dan ngerasa ‘sendiri’ kalau di kampus akhirnya
saya memutuskan untuk ikutan UKM. Agak telat sih emang udah semester 5 baru
memutuskan ikut UKM. Yah tapi better late than never kan? Dan rasanya nggak ada
kata telat kan untuk mulai mencoba mengeksplorasi hal baru? Dan bergabung di
UKM ternyata nggak hanya dapet teman baru tapi saya juga membuat kenangan baru!
Aha!
4. Maafkan masa lalu, cintai diri sendiri
Seburuk apapun
masa lalu ia tetap akan jadi masa lalu. Ya nggak bisa dirubah meski kita
meratapinya tiap hari. Jujur satu hal yang saya sesalkan saya kurang
mengoptimalkan waktu dengan baik, kurang berani mencoba dan membolos untuk
alasan yang sebenarnya kurang penting. Tapi apa mau dikata masa lalu ya begitu
adanya. Takkan pernah berubah sekuat apa pun kita menentangnya. Daripada
mengutuk masa lalu lebih baik kita mulai memaafkan masa lalu dan merancang agar
masa depan kita lebih baik. Betul? Kalaulah masa lalu kita kurang baik menurut
kita maka balaslah dengan masa depan yang lebih baik! Hidup terlalu singkat
untuk diratapi, disesali dan ditakuti.
Banyak banget kesalahan dan
kekurangan di tahun lalu. Bahkan saya ngerasa bahwa tahun 2016 itu salah satu
tahun yang berat dalam hidup saya. Tapi kita tidak hidup dalam masa lalu bukan?
Kita tidak hidup dalam masa lalu. Kita tidak tinggal dalam kenangan. Oleh
karena itu saya harus bangkit. Pengalaman hidup di tahun lalu mengajarkan saya
bahwa sekeruh apa pun masa lalu kita masih memiliki masa depan yang jernih.
Justru dengan berbagai kisah di tahun lalu saya jaaaauuuuuh lebih banyak
belajar. Ketika saya kehilangan HP disitu saya belajar ikhlas, belajar bahwa
sejatinya kita tidak memiliki apa-apa. Kalau kita terlahir dengan tidak membawa
apa-apa kenapa harus sedih jika kita kehilangan sesuatu yang sejatinya tidak
kita miliki? Mungkin Allah hendak menyuruh saya banyak belajar dengan
‘menyuguhkan’ berbagai hidangan peristiwa yang tidak sukai. Disitulah letak
kita belajar.
P.S Maaf ya kalau postingan sama
judul nggak nyambung edisi udah ngantuk