Tobi, Toko Buku dan Cafe

by - Februari 12, 2025

 Tobi, Toko Buku dan Cafe


Tobi adalah seekor tikus bertubuh mungil yang sangat suka membaca. Kemana pun ia pergi, tangannya penuh tumpukan buku.Tidak seperti tikus got lain yang suka berkelahi, menggigit dan mencuri makanan, Tobi Rodensia lebih suka menyendiri dan merenung. Saking seringnya menyendiri dan merenung suatu hari Ciku, sahabatnya seekor kucing jalanan mengunjunginya.


"Tobi, kamu kok sering sekali menyendiri? Kenapa kamu tidak suka berkumpul dan berburu makanan seperti tikus lain?", tanya Ciku keheranan. "Aku menyendiri karena aku sedang berkhayal Cik !".

"Aku bercita-cita ingin menjadi pemilik Toko Buku dan Cafe !"

"Hah? Toko buku dan Cafe? Serius kamu bi? Apa aku nggak salah dengar?"

"Kenapa kamu ingin punya Toko Buku dan Cafe? Kamu kan cuma seekor tikus kecil?", Ciku sangsi


"Eits jangan salah meskipun aku kecil tapi aku punya cita-cita besar !"

"Aku ingin punya toko buku karena aku sukaaa sekali membaca. Gara-gara membaca aku jadi tahu resep membuat keju yang lezat jadi aku tidak perlu mengais sisa-sisa makanan di tong sampah untuk mencari keju yang kotor dan bau". 

"Dari buku juga aku bisa menjahit pakaianku sendiri, memasak makanan dan tahu banyak hal. Aku suka membaca dan aku ingin tenggelam di lautan buku-buku !"


"Hmm begitu. Menarik juga ya hobimu itu. Kalau kau suka buku kenapa nggak buka perpustakaan saja? Kenapa harus buka toko buku? Ciku kembali bertanya.


"Aku jatuh cinta pada buku dan semua aktivitas yang berkaitan dengan buku Cik. Membacanya, membelinya, menjualnya. Aku ingin hidup dan menghidupi buku". 


"Kalau kamu segitu cintanya dengan buku kenapa nggak buka toko buku saja? Kenapa harus Cafe juga?"

"Itu dia Cik, menurutku kopi atau teh itu cocok dengan buku. Baca buku sambil menyeruput teh atau kopi rasanya terdengar menyenangkan. Aku ingin pengunjung yang datang ke toko bukuku selain berburu buku juga bisa bersantai dan mencoba roti atau kue buatanku", tutur Tobi.


Untuk mewujudkan cita-citanya Tobi mulai berjualan es limun. Tobi berpikir dengan menjual es limun ia bisa mulai mendapatkan uang. Es limun harganya murah, rasanya segar dan enak. Cara membuatnya pun mudah. Sayangnya hari pertama berjualan es limunnya tidak laku segelas pun. Ciku yang merasa kasihan akhirnya datang dan membeli segelas es limun Tobi.


"Apa yang salah ya CIk? Apa es limunku kurang enak ya, kok nggak ada yang beli seorang pun?", keluh Tobi. "Enak kok esnya, segar. Ya namanya baru jualan sehari Bi. Mungkin orang-orang belum pada tahu", hibur Ciku.

Keesokan harinya Tobi kembali berjualan, kali ini dia dibantu Ciku. Tobi berjualan di pinggir jalan yang ramai orang lalu-lalang. Sejam berlalu namun tak kunjung ada pembeli. Di tengah teriknya matahari siang itu tiba-tiba datang seorang pembeli. Tak menunggu lama kini lapak Tobi diserbu para pembeli yang tengah kehausan.


Melihat ada keramaian di pinggir jalan Ayah Tobi yang kebetulan lewat menjadi penasaran. Setelah berhasil membelah kerumunan Ayah Tobi marah dan tidak suka melihat Tobi dan Ciku berjualan es limun di pinggir jalan. Ayahnya merasa malu. Bukannya membantu keluarga untuk berburu makanan malah sibuk berjualan. Ayah tidak suka dan sangat menentang cita-citanya. Menurut ayahnya membangun toko dan cafe di daerah yang penduduknya miskin dan tidak suka buku itu hal yang mustahil. Lagian buat apa Tobi susah-susah membangun toko buku, tikus kecil seperti Tobi harusnya membantu keluarga untuk berburu makanan. Bukan buang-buang waktu dengan berjualan es limun yang hasilnya tidak seberapa itu. 


Meski ditentang tapi Tobi tidak menyerah. Ia dibantu Ciku tetap semangat berjualan. Lama-lama es limun Tobi semakin laris, Sedikit demi sedikit Tobi bisa mulai menabung. Setiap mendapat keuntungan ia sisihkan untuk membeli buku. Lembar demi lembar ia tabung. Setiap kali mencapai nominal tertentu ia belanjakan untuk menambah koleksi buku. Lambat laun koleksi buku Tobi semakin banyak. Kini selain berjualan es limun Tobi juga menggelar lapak koleksi bukunya. Di sana pengunjung boleh sekedar melihat-lihat, ikut membaca buku atau membeli koleksinya. Tobi selalu antusias jika ada pengunjung yang bertanya tentang koleksi bukunya. Ia dengan senang hati memberikan rekomendasi buku yang menarik. Pengunjung yang merasa senang akhirnya banyak yang kembali datang mengunjungi lapak Tobi.


Kian hari lapak Tobi kian ramai hingga kerumunan pengunjung tersebut mulai mengganggu arus lalu lintas jalan. Petugas Patroli yang mendapat laporan akhirnya membubarkan kerumunan pengunjung dan lapak Tobi. Tobi dilarang berjualan karena dianggap menganggu ketertiban umum. Tobi merasa sedih, murung dan kembali sering menyendiri di rumah. Ia tidak bersemangat melakukan apa-apa. Ia merasa mimpinya telah pupus. Mungkin benar yang dikatakan ayahnya. Mustahil tikus kecil sepertiku bermimpi besar. Seharusnya aku membantu ayah berburu makanan saja untuk keluarga.


Ayah yang melihat Tobi dilanda kesedihan akhirnya merasa iba. Ternyata anaknya begitu sungguh-sungguh dan sangat serius dengan cita-citanya. Ia tidak tega melihat Tobi terus murung dan bersedih. 


"Tobi !", panggil Ayah.

"Iya ayah", jawab Tobi tidak bersemangat. 

"Ayah boleh minta tolong. Sini Tobi !", pekik Ayah dari dalam garasi.


Dengan lunglai Tobi menyusul Ayah ke Garasi. Tak disangka ternyata Ayah menyulap garasi sederhana samping rumah menjadi lapak buku dan es limun. "AYAAAAAHHHHHH !", pekik Tobi kegirangan. 

"Ini apa yah?', tanya Tobi

"Ini lapak untuk Toko Buku dan Cafemu !"


"TERIMA KASIH AYAAAAAAH !", peluk Tobi.

Tobi sadar cita-citanya masih jauh dari harapan tapi kini restu ayah sudah di tangan. Dengan tekad dan semangat sebentar lagi Toko Buku dan Cafe tidak lagi jadi angan-angan.

You May Also Like

0 komentar

Kasih komentar dong biar nggak terlalu sepi hehe