Langkah Kecil Sang Kakek
Suara adzan berkumandang dari pengeras suara masjid dekat rumah. Saya bergegas ke masjid untuk mengikuti shalat tarawih berjamaah. Ketika saya hampir sampai, di depan saya seorang kakek yang (maaf) agak bungkuk dengan tangan bergetar sedang berjalan pelaaaan sekali. Tak lama kemudian iqamah terdengar dari pengeras suara namun sang kakek masih belum sampai ke pintu masjid. Teringat dengan kisah Ali yang 'rela' (hampir) terlambat shalat subuh berjamaah karena menghormati seorang kakek beragama Yahudi itu rasanya kurang sopan apabila saya yang lebih muda mendahului kakek tersebut. Saya yang berada di belakangnya berusaha sabar menunggu sampai kakek
tersebut sampai di pintu masjid. Wong sahabat Ali saja 'rela' (hampir) melewatkan kesempatan shalat subuh berjamaah dengan Rasulullah dan bersabar menunggu hingga kakek tersebut melewati masjid meskipun beliau sangat tergesa-gesa. Dan ketika tiba di masjid Ali terkejut dan gembira karena Rasulullah masih berada dalam posisi rukuk. Berarti Ali masih memiliki kesempatan untuk memperoleh shalat jamaah. Subhanallah karena kerendahan hati Ali akhirnya Allah mengutus Jibril untuk menahan rukuk Rasulullah agar Ali bisa ikut shalat berjamaah. Subhanallah bahkan Allah saja tak ingin Ali ketinggalan shalat subuh. Bayangkan dengan kondisi kita hari ini? Mungkin jika kita berada di posisi Ali saat itu daripada pegel nunggu mending shalat subuh saja sendiri di rumah.
Lamunan saya buyar ketika kakek tersebut menyilahkan saya untuk berjalan lebih dulu. Awalnya saya agak sedikit kikuk dan dilema antara ingin mendahului kakek atau tetap bersabar menunggu kakek tersebut sampai di pintu masjid. Akhirnya saya memutuskan untuk bersabar menunggu hingga kakek tersebut sampai. Ah kakek yang rendah hati jadi sungkan sendiri saya.
Entah kenapa kakek itu mencuri perhatian saya. Raut wajah sang kakek berputar-putar di benak saya. Setiap kali melihat kakek itu hati saya iba dan takjub. Di usia yang sudah tidak muda lagi kakek itu masih semangat untuk tarawih berjamaah di masjid. Tidak hanya tarawih saja, beberapa kali saya lihat kakek itu melangkahkan kakinya ketika adzan dzuhur berkumandang. Saya memang tidak tahu pasti apakah beliau rajin shalat di masjid ketika Ramadhan saja atau di luar bulan Ramadhan juga. Sepengetahuan saya ketika tarawih pun beliau hampir selalu berada di shaf pertama. Kita doakan saja mudah-mudahan beliau memang istiqomah shalat fardhu berjamaah di masjid.
Sosok kakek tersebut memberikan teladan bagi saya bahwa dengan segala keterbatasan fisiknya beliau masih semangat dalam beramal. Saya termenung. Jika Allah memberikan saya umur panjang kelak nanti saya juga akan berada di posisi yang sama dengan kakek itu. Tapi apakah di usia yang seperti itu saya juga akan memiliki semangat yang sama dalam melakukan kebaikan? Ah sungguh saya merasa malu di usia yang masih muda ini saya seringkali malas-malasan dalam beramal.
2 komentar
Subhanallah...
BalasHapusEh ada Nabila
HapusMakasih ya udah berkunjung ke blogku ^^
Baca juga postingan yang lain yaa hehehe
Kasih komentar dong biar nggak terlalu sepi hehe