Frugal Parenting
Bismillahirrahmanirrahim
Sejak jadi ibu saya belajar banyaaaak banget hal baru. Setiap hari ada saja istilah atau hal yang baru saya dengar. Perasaan saya agak chronically online deh kalau minjem istilah anak Twitter tapi tetap saja banyak istilah yang baru saya ketahui.
Sebagai ibu baru terkadang saya "gumun" (Jawa: heran) saking banyaknya istilah-istilah atau term baru dalam dunia parenting. Belakangan ini saya tergelitik dengan istilah "Frugal Parenting". Weleh-weleh opo meneh iki. Setelah sempat ramai "frugal living" kali ini ada lagi istilah Frugal Parenting. Istilah ini pertama saya temukan di sebuah akun IG.
Karena penasaran seketika saya googling dan muncul jawaban begini :
Frugal parenting adalah gaya hidup hemat yang menekankan pada pentingnya pengalaman, kreativitas, dan hubungan keluarga dibandingkan barang material.
Dalam frugal parenting, orang tua membantu anak memahami bahwa kebahagiaan sejati datang dari hal-hal kecil dan bermakna, bukan dari barang yang cepat usang.
Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam frugal parenting, di antaranya :
1. Menanamkan rasa syukur pada anak,
2. Memberikan nilai hidup sederhana kepada anak,
3. Memberikan contoh hidup hemat kepada anak,
4. Memberitahukan nilai suatu barang kepada anak.
Frugal living berbeda dengan pelit. Frugal living adalah gaya hidup hemat yang dilakukan secara sadar dan bijak, sehingga tidak hanya menghemat uang, tetapi juga energi, ruang, dan waktu.
Jadi sederhananya frugal parenting ini gaya parenting yang lebih menekankan nilai-nilai keluarga berupa pengalaman, kreativitas dan bonding dibandingkan hal-hal yang sifatnya materi.
Di tengah gegap gempita style parenting ala selebgram atau mamagram yang kerap kali flexing seabrek mainan fancy, baju trendy, worksheet dan DIY toys hadirnya "aliran baru" frugal parenting memberi angin segar sekaligus menjadi antitesis parenting ala selebgram yang kental sekali dengan unsur hedonisme.
Dulu sebelum saya punya anak sempet terbersit dalam pikiran "Kalau jadi ibu nanti apa saya telaten ya bebikinan DIY toys, worksheet dan tools lainnya for the sake of tumbuh kembang anak tercinta. Kayaknya saya nggak setelaten itu batin saya. Baru liat video tutorial bebikinan DIY yang paling simpel di IG saja saya sudah merasa overwhelmed duluan wkwk.
Ketika membaca tentang frugal parenting sekilas saya membatin sepertinya ini gaya parenting yang cocok dengan energi, waktu dan kantong saya huahaha. Sebab di salah satu caption akun IG yang mengampanyekan frugal parenting tertulis slogan No Toy, No Worksheet, No DIY. Wah aku banget ini wkwk.
Meskipun berlabel "frugal" yang menyiratkan makna hemat, irit dan sederhana tapi sejatinya frugal parenting ini tidak hanya cocok diterapkan untuk kaum papa yang serba tidak berpunya melainkan untuk siapapun tanpa memandang latar belakang ekonomi, background pendidikan, status.
Sebab pola frugal parenting menekankan pada aktivitas sederhana yang bermakna & tidak membutuhkan alat atau materi yang mahal justru sebaliknya fokus mendayagunakan barang-barang & apa yang ada di rumah. Sekilas ketika saya scroll akun IG-nya nampak menarik sih. Jadi nggak ada tuh sensory play bayi mainin beras, kacang atau belepotan mainan tepung yang sudah diberi pewarna. Jujur dari awal booming konten sensory play menggunakan beras, kacang atau yang banyak berseliweran di IG saya agak kurang sreg. Agak gimana gitu rasanya, idk somehow it feels wrong rasanya mubazir gitu. Beras, kacang atau bahan apapun yang digunakan sehabis sensory play kemungkinan tidak akan dipakai lagi kan? Mungkin beras dan kacang itu akan dicuci kembali sehabis digunakan untuk sensory play? Entahlah.
Terus terang saya penasaran banget sih dan ingin tahu lebih dalam tentang frugal parenting tapi untuk bisa mengintip kurikulum & silabusnya aksesnya dibandrol dengan biaya 250 ribu. Saya pertimbangkan dulu deh hehe. Mungkin kalau saya sudah beli akan saya update kembali di sini.
0 komentar
Kasih komentar dong biar nggak terlalu sepi hehe